Sabtu, 12 November 2016

Katanya Mie Sehat?


Semua kalangan menyukai Mie Aceh termasuk Sabdaning Boby, Ahli Kuliner pecinta mie aceh ini mengatakan masyarakat tentu memiliki respon positif tentang mie aceh. Karena selain rasa nya yang menggugah selera. Makanan ini  juga  cukup sehat karena terbuat dari bahan alami dan rempah-rempah. Barangkali terlalu berlebihan, namun begitulah memang kenyataannya, setidaknya apa yang dirasakan oleh Sabdaning Boby yang punyai pengalaman dan jam terbang cukup tinggi dalam bidang kuliner. Menurut nya Mie Aceh ini adalah warisan nenek moyang khususnya masyarakat Aceh untuk Indonesia.
            Sabdaning Boby sendiri  mengaku sudah  mengenal  Mie  Aceh sejak sebelum menjadi Sekolah Chef, yang menurutnya Mie Aceh itu terkenal karena Mie besar yang berasal  dari  Daerah Aceh.  Dulu memang belum sebanyak ini Mie Aceh yang sudah ada di beberapa kota – kota di Indonesia, sehingga dia mencicipi Mie Aceh sesekali saat bersama keluarga dan kemudian mengaku sudah jatuh cinta. Menurutnya, Indonesia memang sruga dunia bagi para pecinta kuliner, sebut saja nasi goreng, rendang padang, gudeg jogja, lumpia semarang dan sebagainya mempunyai kedudukan tersendiri yang berkesan di cita rasa masyarakat dan Mie Aceh pun termasuk didalamnya karena menjadi salah satu pilihan kuliner yang lezat. Mie Aceh menurutnya mempunyai ciri khas unik yang tidak bisa dimiliki oleh masakan lainnya, yaitu adonan mie berbahan dasar alami yang besar serta kaya rempah -  rempah yang dicampur hingga menciptakan selera dan tentu nya lebih sehat di banding mie lain nya. Menurutnya jika masakan seperti  ini disajikan di restoran  internasional, maka dapat disejajarkan dengan kuliner kelas dunia  yang cukup mempunyai nama seperti Pizza,  Steak, Spagetti dan seterusnya.
Chef Sabdaning Bobi Tri Setiawan

            Karena cita rasa yang lezat ini lah kemudian Mie Aceh mampu merambah ke beberapa darah di Indonesia, selain itu juga didukung migrasi dari orang – orang Aceh yang bergelut untuk mengadu nasib di perantauan dengan membuka Warung Makan Khas Aceh dan tentu saja hasilnya sudah bisa  ditebak, untuk yang tidak kepalang tanggung. Bahkan ada juga yang telah membuat cabang perusahaan banyak yang berfokus dalam usaha kuliner Mie Aceh sebut saja  seperti di Jogjakarta yaitu Mie  Aceh Bungong Jeumpa. Menurutnya sistem  seperti ini  akan sangat berperan dalam mengenalkan Mie Aceh sebagai warisan kuliner yang bercita rasa tinggi. Disamping baik untuk masyarakat karena higienitas dalam pembuatannya, juga harga yang relatif murah yang dipatok oleh Warung warung makan Mie Aceh membuat kuliner ini semakin digemari oleh setiap lapisan  masyarakat. Sebut saja dari lapisan  masyarakat kelas atas yang kadang kala bersedia untuk mencari warung Mie Aceh yang masih terkesan pinggiran jalan hanya untuk mencicipi cita rasa dari Mie Aceh yang sangat lezat ini, begitupun untuk Mahasiswa atau masyarakat kelas bawah yang masih sangat mampu untuk membeli mie aceh karena harga yang relatif murah tersebut.
Keunggulan – keunggulan diataslahh yang tak  pelak membuat masyarakat yang sudah pernah menyicipinya semakin ketagihan serta melambungkan nama Mie Aceh hingga membuat banyak masyarakat yang  belum pernah penasaran untuk menyicipinya. Dengan  kualitas rasa yang lumayan tinggi, pelayanan para penjual yaang sering kali ramah dan keadaan warung yang sering kali membuat nyaman untuk berbetah berlama – lama seakan berbanding terbalik dengan harganya yang relatif murah, namun begitulah keadaannya yang semakin membuat posisi kuliner mie aceh ini  dikagumi oleh masyarakat luas. Selain itu memang tak patut jika hanya menyampaikan kelebihan dan kebaikan dari Kuliner ini namun tidak memaparkan kekurangannya, yaitu kurangnya minat para pelaku usaha kuliner Mie Aceh ini untuk membuka cabang di beberapa daerah sehingga berdampak kurang dapatnya masyrakat yang secara  letak geografis jauh untuk menyambangi warung mie aceh ini, karena keinginan masyarakat pada kuliner ini cukup tinggi hanya memang terkendala jarak untuk menjangkaunya bukan biaya. Jika saja para pelaku usaha dapat menyiasatinya dengan membuka banuyak cabang sehingga terakomodir kemauan masyrakat maka akan tambah menguntukan bagi si penjual sendiri juga akan membuat nama mie  aceh sendiri tambah dikenal secara luas. Disamping itu memang varian topping nya harus dibuat lebih banyak karena mengingat selera masyarakat berbeda – beda untuk teman rasa dari Mie Aceh sendiri.  Jika kelemahan kelemahan tersebut mampu dibenahi dan dijalankan secara konsisten, maka sudah pasti kedepan Mie Aceh akan sangat terkenal dan lebih digandrungi oleh



Mie Aceh Vs Mie Level Clubbing


    Selain mie aceh, Saya juga  penggemar mie clubbing. Beberapa hari yang lalu saya juga mencicipi mie yang  ada di cafe Mie Clubbing Semarang. Menurut  saya mie tersebut sama enaknya. Walaupun berbahan dasar sama yaitu mie tetapi kedua nya memiliki ciri khas yang berbeda .Jika Mie Aceh mengutamakan gurihnya bumbu rempah-rempah beda hal nya dengan Mie Clubbing yang mengutamakan level pedas nya.Mie clubbing yang tingkat kepedasannya sampai 75 cabe.Tekstur mienya kaya mie Jakarta tapi agak lebih kenyal dan sedikit agak besar dan bulet alias gak gepeng. Mie level Clubbing mulai dari 0-75 cabe. Ada dua menu yang ditawarkan Mie Clubbing. Mie Rebus dan Mie Goreng. Tapi jangan ketipu dulu. Dua-duanya disajikan tanpa kuah.Karena Ciri Khas yang berbeda tersebut tidak menimbulkan pengaruh atas keuntungan dan kerugian bisnis kedua belah pihak Hal yang sama antar kedua nya adalah sama-sama berbahan dasar mie serta harganya murah
Mie Aceh Tumis Kerang



Mie Level Clubbing Rebus dan Goreng

Berburu Mie Aceh Bang Wali


       Mie Aceh Bang Wali di Jl.Banjarsari no.38 Semarang, buka jam 14.00 wib sampai sehabisnya mie. Warung ini memiliki menu selain mie aceh yaitu nasi goreng aceh tapi menu favorit saya disini tetap mie tumis komplit dan es teh tarik. Awal mula pemilk kedai berinovasi karena  dia asli orang aceh dan menyukai mie aceh. “Pada saat itu saya ingin makan mie aceh namun kebingungan karena tidak mendapatkan Mie Aceh di Semarang “katanya. Sehingga mula nya dia mempunyai ide membuka kedai mie acehhanya  untuk masyarakat Aceh yang ada di Semarang yang memiliki kegelisahan sama yaitu imgin makan mie aceh dan tidak mendapatkan nya , Namun sekarang bisa makan mie aceh di kedai miliknya.Ternyata tidak hanya orang aceh saja yang menyukai. Pelanggan asli orang jawa pun juga banyak.Tempat nya ramai sehingga setiap hari yang datang kurang lebih 100 orang.
Penasaran apa sih yang bikin mie aceh bisa selezat ini, Akhirnya saya di izinkan buat tanya tentang resep kepada pemilik Mie Aceh langsung loh yaitu Bang Wali . Dengan ramah Bang Wali menjawab Bumbu yang digunakan adalah puluhan macam rempah-rempah yang dihaluskan, Mie kuning yang dipakai pun mereka bikin sendiri. Karena untuk mencari mie yang digunakan sebagai bahan dasar mie aceh ini di Semarang lumayan sulit. Rahasia lain adalah dari kecapnya, kecap yang dipakai adalah kecap khusus untuk mie aceh yang dikirim langsung dari Aceh.Komposisi mie aceh terdiri dari mie kuning tebal dengan irisan daging (sapi, kambing) atau seafood (cumi, udang, kepiting) dengan bumbu berbagai rempah-rempah, kecap dan biasanya disertai hidangan pelengkap mentimun, acar bawang merah, dan emping. Mie aceh sendiri dibagi 3 jenis yaitu mie aceh goreng, mie aceh tumis dan mie aceh rebus.

    Nah kalau makan gak ada minumnya kan kurang enak ya ? Sebenarnya disini banyak pilihan minuman, ada kopi aceh, es timun serut, sanger, dan teh tarik, tapi lidah kayaknya sudah jatuh hati sama teh tarik. Ternyata bikin teh tarik itu susah-susah gampang. Bahannya sih sederhana yaitu teh, susu kental manis dan kayu manis tapi mungkin takarannya yang bikin teh tarik ini rasanya selalu menggoda. Episode pembuatan teh tarik yang paling saya suka adalah ketika si abang mengucurkan teh tarik ini dari satu cangkir ke cangkir yang lain untuk mencampur bahan dan untuk menghasilkan buih.

Mie Aceh Goreng

Kedai Mie Aceh Bang Wali

          Oiyaa Mie Aceh Bang Wali ini masih disekitaran area kampus, harga menu disini relatif terjangkau. untuk makanan berkisar dari harga Rp 11.000,- sampai Rp 30.000,- (untuk mie aceh kepiting), sedangkan untuk minumannya kurang dari Rp 10.000,-. Jadi sekarang gak perlu bingung kalau mau mencicipi kuliner khas ujung barat Sumatra di Semarang. Secara geografis, memang Mie  Aceh bang Wali sangat beruntung karena berada di permukiman  yang padat ditinggali oleh Mahasiswa. Sehingga tak jarang Mie  Aceh Bang Wali ini sangat ramai  didatangi oleh para Mahasiswa, ada yang datang hanya  untuk membeli makanan lalu makan  ditempat ataupun dibungkus, ada juga yang datang untuk makan dan setelahnya bercengkrama sampai larut malam, ciri khas para mahasiswa. Dan sangat tidak kalah penting adalah masalah lingkungan dan kualitas makanan yang  sehat, sejauh pengamatan saya, penjual mie aceh ini sangat menjaga higienitas kedai mie acehnya seperti tampak bersihnya lantai dan meja serta proses pembuatan dan penyajian yang semua dapat dibilang jauh dari  kesan kotor atau jorok.


SURGA CITARASA ACEH DI KOTA LUMPIA




        Akhir pekan kemarin. Setelah selesai main dengan teman saya. Kami lapar dan mengunjungi kedai mie Aceh langganan Kami.Ahh  Saat menulis blog ini Saya membayangkan nya saja jadi laparrr. Waktu kami kesana suasana kedai tersebut sangat ramai .Seperti biasanya kami harus menunggu lama dan ditengah bosan menunggu. Kami mewawancarai Sayid,salah satu pembeli Mie Aceh Bang Wali. “ Waktu Pertama kali mencicipi nya langsung terkesan cita rasa yang berbeda dari makanan kekinian yang lain, terutama dari segi porsi yang relatif banyak yang membuat mahasiswa seperti saya puas dengan pelayanan nya” kata pelanggan yang mengaku sangat suka kuliner khas Tanah Gayo ini. Rempah – rempah yang jumlahnya variatif  dengan komposisi yang seimbang dan pas sengaja disajikan oleh pemilik warung Mie Aceh dengan maksud menyihir indra perasa dari si empunya. Bahkan tak jarang ketika pertama kali mencoba Mie Aceh, pelanggan akan langsung kembali untuk membeli keesokan hari, seakan akan Mie Aceh mempunyai daya magis tersendiri untuk pelanggannya. Intensitas Pelanggan Mie Aceh yang datang pun terbilang relatif banyak, mayoritas minimal 4 kali dalam satu bulan  pelanggan menyempatkan diri untuk menyambangi kedai Mie Aceh ini , bahkan ada beberapa keluarga yang menjadikan jadwal makan ke Mie Aceh bang Wali ini sebagai agenda rutin setiap malam hehehe, karena memang sudah direncanakan untuk tidak masak dan diganti dengan makan ke Mie Aceh bersama – sama satu  keluarga.

Keramaian pelanggan Mie Aceh Bang Wali Semarang


Hal seperti inilah yang patut diikuti oleh keluarga di Indonesia, pastinya kehangatan dan harmonisasi keluarga akan lebih terasa. Dilain sisi, cita rasa kaya yang dihadirkan oleh Mie Aceh ini menjadi alasan tersendiri bagi anggota keluarga untuk mencicipinya  bersama sama dan saling bertukar pendapat maupun saling icip – menyicip. Sebut saja variasi Mie Aceh  yang banyak membuat pera pelanggan menjadi sangat dimanjakan dalam menentukan pilihan sesuai selera rasa nya. Mie Aceh bisa dibuat goreng, tumis maupun kuah dan toppingnya bisa ditambahkan ayam, daging sapi, seafood seperti cumi dan udang, telur  yang dibuat mata sepi (ceplok ) atau dadar, juga ada kepiting dan sebagainya. Bisa dibayangkan betapa pilihan rasa yang disediakan oleh penjual sangat memanjakan penikmat kuliner Mie Aceh ini. Yang sangat mengherankan dan cukup membuat terhenyak adalah harganya yang dipatok murah oleh si Penjual, sangat murah malahan anggapan oleh beberapa orang sehingga lebih sering para pelanggan membelinya langsung daripada mencoba untuk membuatnya sendiri.
Mie Aceh Topping Udang


     Jika dibandingkan dengan kualitas rasa dari Mie Aceh, seharusnya dapat dihargai seperti makanan makanan restoran karena jaminan rasa yang cukup tinggi, namun Penjual pun seperti tidak ingin serakah dalam mendapatkan rezeki miliknya, entah sebagai bagian dari strategi bisnis atau hasil dari penghitungan matematis yang sesuai, harga murah ini menjadi keuntungan tersendiri,  karena mampu mendapatkan segmen pasar baru yang notabene  cukup masif untuk masalah kuliner, yaitu mahasiswa. Ya memang sudah menjadi rahasisa umum bahwa harga – harga murah selalu menjadi incaran mahasiswa, mengingat daya tampung uang saku yang tidak setebal orang – orang yang sudah bekerja hehehe, bahkan untuk urusan kuliner mahasiswa pun sering menyiasatinya dengan cara mencari makanan berharga murah dengan kuallitas yang tidak murahan, maka di Mie Aceh bang wali ini lah tempatnya yang bersih, sebuah keuntungan tambahan didapat oleh Mie Aceh Bang Wali ini karena salah satu segmen pelanggannya adalah mahasiswa, karena mahasiswa dapat dengan masifnya beriklan secara sukarela karena mereka memang sudah pernah menyicipi dan kemudian menyukai mie aceh ini, lalu tidak jarang para mahasiswa yang sudah mencicipinya bercerita kepada teman mahasiwa yang lain dan mengajak untuk mencicipinya sekali kali, kemudian terjadilah sebuah kebiasaan yang mudah ditebak, yaitu rasa ketagihan yang datang dengan daya begitu magis,  hampir tidak bisa ditolak oleh pelanggan.  Yah memang Mie Aceh  mempunya daya ikatnya tersendiri dan pantas dijadikan sebagai pelengkap khazanah kuliner di Indonesia. Kalau menurut saya, memang masih ada beberapa  kekurangan yaitu kurang banyak lagi varian topping yang bisa ditawarkan seperti sossis, bakso dan lain sebagainya agar kemudian selera dari setiap pelanggan dapat terakmodir. Selain itu juga seharusnya didirikan beberapa cabang sebagai upaya untuk mengekspansi bisnisnya dilain sisi juga untuk memanjakan para pelanggan yang datang dari berbagai penjuru daerah di kota semarang karena saya yakin, banyak pelanggaan dari mie aceh ini sudah banyak dan tersebar merata di seluruh kota

MIE ACEH TIDAK HANYA DI ACEH



Mie Aceh


      Akhir pekan kemarin. Setelah selesai main dengan teman saya. Kami lapar dan mengunjungi kedai mie Aceh langganan Kami.Ahh  Saat menulis blog ini Saya membayangkan nya saja jadi laparrr. Waktu kami kesana suasana kedai tersebut sangat ramai .Seperti biasanya kami harus menunggu lama dan ditengah bosan menunggu. Kami mewawancarai Sayid,salah satu pembeli Mie Aceh Bang Wali. Dia mengatakan “ Waktu Pertama kali mencicipi nya langsung terkesan cita rasa yang berbeda dari makanan kekinian yang lain, terutama dari segi porsi yang relatif banyak yang membuat mahasiswa seperti saya puas dengan pelayanan nya.      Penasaran apa sih yang bikin mie aceh bisa selezat ini, Akhirnya saya di izinkan buat tanya tentang resep kepada pemiliknya langsung loh yaitu Bang Wali . Dengan ramah Bang Wali menjawab Bumbu yang digunakan adalah puluhan macam rempah-rempah yang dihaluskan, Mie kuning yang dipakai pun mereka bikin sendiri. Karena untuk mencari mie yang digunakan sebagai bahan dasar mie aceh ini di Semarang lumayan sulit. Rahasia lain adalah dari kecapnya, kecap yang dipakai adalah kecap khusus untuk mie aceh yang dikirim langsung dari Aceh.
Komposisi mie aceh terdiri dari mie kuning tebal dengan irisan daging (sapi, kambing) atau seafood (cumi, udang, kepiting) dengan bumbu berbagai rempah-rempah, kecap dan biasanya disertai hidangan pelengkap mentimun, acar bawang merah, dan emping. Mie aceh sendiri dibagi 3 jenis yaitu mie aceh goreng, mie aceh tumis dan mie aceh rebus.         Selain mie aceh, Saya juga  penggemar mie clubbing. Beberapa hari yang lalu saya juga mencicipi mie yang  ada di cafe Mie Clubbing Semarang. Menurut  saya mie tersebut sama enaknya. Walaupun berbahan dasar sama yaitu mie tetapi kedua nya memiliki ciri khas yang berbeda .      Semua kalangan menyukai Mie Aceh termasuk Sabdaning Boby, Ahli Kuliner pecinta mie aceh ini mengatakan masyarakat tentu memiliki respon positif tentang mie aceh. Karena selain rasa nya yang menggugah selera. Makanan ini  juga  cukup sehat karena terbuat dari bahan alami dan rempah-rempah.